Bangkitkan Nama Besar Dengan Membentuk Komunitas Buton Peduli Tarakan

BERPOSE BERSAMA. Anggota Komunitas Buton Peduli Tarakan saat bersilaturahmi bersama kepada tokoh Suku Buton, Ustadz Salapa Hepa (baju putih).(Foto IST)

TARAKAN, kaltaraone.com – Meski sudah lama tak terdengar, paguyuban suku Buton kembali menunjukan eksistensi di Tarakan. Dengan menggandeng unsur pemuda, Komunitas Buton Peduli Tarakan mulai dibentuk dan menunjukan solidaritas dengan bersilaturahmi kepada pemuka-pemuka adat serta warga Buton.

Untuk mengingat kembali sejarah terbentuknya paguyuban ataupun organisasi masyarakat (ormas) keluarga Buton, Ketua Komunitas Buton Peduli Tarakan, Misyadi menjelaskan, sekitar tahun 1980 suku Buton sudah membentuk Rukun Kematian Suku Buton (RKSB) di Tarakan. Dibawah naungan organisasi tersebut, koordinasi antar warga Buton berjalan dengan baik. Tak sampai disitu, suku yang berasal dari Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara ini kembali membentuk Himpunan Kerukunan Suku Buton (HKSB).

“Jadi bukan lagi mengurusi urusan kematian saja, tapi hal yang menyangkut warga Buton di bidang sosial misalnya. Seiring waktu berjalan, dikembangkan lagi menjadi Kerukunan Keluarga Buton (KKB) dan terdaftar di Kesbangpol (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) di Tarakan,” jelasnya, Senin (2/11/2020).

Namun, di akhir tahun 2006 ormas ini sempat vakum dan tidak melakukan kegiatan. Melihat ada kekosongan pada organisasi ini, pihaknya mulai membentuk Komunitas Buton Peduli Tarakan tepat pada 28 Oktober lalu.

“Kami sebagai generasi penerus warga Buton mulai berpikir untuk menyatukan aspirasi. Artinya kita mau membangkitkan kembali nama besar paguyuban Buton di Kota Tarakan. Melihat sejarahnya, warga buton inilah yang pertama kali mendirikan perkumpulan kesukuan di Tarakan. Kalau bukan kami siapa lagi. Karena kekhawatiran kami khususnya generasi kedepan tidak saling tahu,” urainya.

Misyadi menjelaskan, tujuan lain dibentuknya Komunitas Buton Peduli untuk mengetahui keturunan generasi warga Buton melalui ormas ini. Selain itu pihaknya juga berinisiatif untuk menunjukan eksistensi bersama dengan ormas lain di Tarakan.

“Akhirnya 28 Oktober ini Komunitas Buton Peduli dikukuhkan. Tapi pengukuhan ini hanya melibatkan dan merangkul saudara kami yang mau berbuat melalui wadah ini. Ini juga salah satu tujuan kami. Peduli terhadap warga Buton,” imbuhnya.

Ia menegaskan, pengukuhan di tanggal 28 Oktober bukan tanpa alasan. Karena bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, hal ini menjadi alasan terbentuknya ormas ini.

Secara kepengurusan, lanjut Misyadi, ia sudah menunjuk wakil ketua, sekretaris, bendahara serta koordinator lapangan di masing-masing kecamatan. Ia juga tidak mempermasalahkan jika nantinya ada organisasi komunitas suku Buton lain. Hanya saja tidak melanggar Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) dari organisasi induk.

“Cuma nanti di Musyawarah Besar akan kita pakai nama KKB belum kita pastikan. Tapi tetap kita merujuk dengan nama KKB. Jadi secara keseluruhan, kita belum ada kepengurusan ketua suku Buton di Tarakan,” tegasnya.

“Dari data yang sudah kami kumpulkan melalui tim korlap, ada sekitar 500 (warga Buton di Tarakan). Untuk di Tarakan Timur dan Utara belum (didata). Sementara kegiatana kita sekarang silaturahmi ke orang-orang yang kami tua kan. Sekaligus minta gambaran dimana saja orang Buton di Tarakan. Kalau mengundang orang banyak kan tidak boleh (dimasa pandemi Covid-19),” pungkasnya.(ko1)