Pemuda sebagai Penentu Arah Pembangunan

TARAKAN – Gubernur Kaltara, Drs H Zainal A Paliwang SH, M.Hum menyebut bahwa generasi muda bisa menjadi penentu arah pembangunan bangsa. Menurutnya, pemuda tidak hanya sebagai generasi penerus, tetapi juga menjelma sebagai generasi pelurus bangsa.

“Budaya dan sudut pandang generasi muda harus mulai diasah dalam berpikir kritis dan solutif,” kata Gubernur, pada Seminar Demokrasi Dengan Tema Rekonstruksi Kualitas Demokrasi Menuju 2024, di Auditorium Universitas Borneo Tarakan, Rabu (21/6).

Gubernur menjelaskan, pemuda adalah garda terdepan penentu masa depan bangsa. Eksistensi pemuda dalam pemilu dan pilkada serentak tidak hanya sebatas “pemilih pemula”.

“Peran pemuda dan inovasinya juga harus diarahkan agar mampu terlibat aktif dalam menyukseskan pesta demokrasi terbesar bangsa ini,” katanya.

Karena itu, para pemuda harus memiliki wawasan dan pendidikan yang memadai agar mampu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.

“Maka diperlukan pendidikan politik sebagai media penyampaian konsep politik yang memiliki tujuan akhir untuk membuat pemilih pemula menjadi lebih sadar akan hak dan kewajibannya,” jelasnya.

Dengan begitu, pemuda dapat ikut serta secara aktif dalam setiap proses pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang salah satunya membangun sistem demokrasi indonesia yang berdaulat.

Gubernur juga berharap, agar pemuda dapat memberikan pemahaman politik kepada para generasi muda lain tentang bagaimana memilih calon presiden dan wakil presiden serta calon anggota legislatif dan para calon kepala daerah yang akan maju berkontestasi di tahun mendatang.

Tujuannya, lanjut Gubernur, agar masyarakat khususnya para pemilih pemula mampu memilih para peserta pemilu dan pilkada serentak berdasarkan visi dan misi, kualitas, dan komitmen memperjuangkan konstituennya, serta memiliki prestasi dan tidak tergoda dengan politik uang.

“Kita tentunya berharap pemilu tahun 2024 nanti dapat berjalan efektif, efisien, dan menghasilkan pemimpin generasi berikutnya yang sesuai harapan masyarakat,” katanya.

Di mana, kontestasi politik ini harus dibenahi oleh tangan pemuda yang kaya akan ide dan gagasan agar makna demokrasi dan politik dapat diselamatkan. Bukan dengan acuh tak acuh alias golput.

“Kita sadari bersama, golput seharusnya bukanlah sebuah pilihan, dan golput seharusnya ditiadakan. generasi muda harus bisa resisten dengan paradigma golput ini, karena tidak ada yang bisa dibanggakan dari abstainnya pemuda dalam kontestasi politik,” ungkapnya.

Gubernur kembali mengajak para generasi muda yang tengah menempuh pendidikan baik dalam lingkup formal maupun informal agar ke depan dapat menjadi penerus dari para pelaku politik saat ini.

“Para mahasiswa seyogyanya sudah mampu menghayati dan mengamalkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai pancasila sebagai etika politik,” tuntasnya. (dkisp)