MANADO – Dalam unggahan di media sosialnya, Ketua Yayasan Alhikam Cinta Indonesia Taufik Bilfaqih menyinggung adanya pola sosialisasi calon wakil rakyat yang menitik beratkan pada pemberian uang dan bantuan lainnya.
Baginya, cara seperti ini justru semakin mendidik warga terbiasa mengukur kapasitas calon anggota DPR dengan kemampuan finansial, bukan kemampuan leadership.
“Caleg-caleg di lapangan saling unjuk kebaikan bantuan, kompetisi nilai pemberian uang dan materi. Bukan program, visi misi yang dibarengi edukasi komprehensif,” pesanya.
Dalam unggahan lainnya, Taufik menganggap adanya rakyat yang tak lagi peduli dengan program serta janji para caleg didasari oleh kebiasaan para caleg terpilih yang justru tak tepati janji.
“Rakyat, jenuh dengan kebanyakan kandidat yang mengumbar janji untuk menjalankan program sebagai pemimpin bila terpilih. Faktanya, banyak yang ingkar bahkan terjerat kasus korupsi,” imbuh mantan Komisioner Bawaslu Manado itu.
Kini, rakyat sedang dipertontonkan dengan munculnya figur-figur yang akan berkompetisi pada pemilu 2024. Tentu masyarakat tidak boleh terjebak pada hadirnya tokoh-tokoh tak berintegritas dan tak memiliki kemampuan kepemimpinan yang mumpuni.
“Ada hal yang harus dimiliki seorang pemimpin terutama yang mengagendakan diri menjadi pejabat publik, keberpihakan dan leadership”.
“Jika ia tak berpihak untuk kepentingan rakyat, maka jangan pilih. Bila ia tak terbiasa menjadi pemimpin, sebaiknya urungkan untuk memilihnya,” papar Taufik Bilfaqih yang juga mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota Manado melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapil Tikala Paaldua. (*)