KALTARAONE.COM, TANJUNG SELOR – Meski sempat terhambat, pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) terpadu di Kalimantan Utara terus berlanjut. Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Kaltara, Udau Robinson menyebutkan PLBN yang dibangun di wilayah perbatasan ini telah tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2019.
“Ada empat PLBN yang telah ber-progress pembangunan fisiknya. Dari informasi dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kaltara di Februari, untuk progress pengerjaan fisik PLBN Sei Pancang telah berjalan 86,01 persen. Kita harapkan tahun ini pembangunannya bisa diselesaikan,”kata Udau Robinson, Selasa (15/2/2022).
Pembangunan PLBN Terpadu Sei Pancang mulai dikerjakan sejak 24 Februari 2020 dengan target selesai pelaksanaan pertengahan tahun ini. PLBN Sei Pancang dibangun di atas lahan seluas 68.169 m2 oleh BPPW Provinsi Kaltara, Ditjen Cipta Karya.
“Kita berharap targetnya pada bulan Juni mendatang pembangunannya sudah selesai,”sebut Udau.
Udau menjelaskan, pembangunannya terbagi menjadi zona inti dan zona pendukung yang meliputi bangunan utama setinggi 3 lantai seluas 5.613 m2, mess pegawai setinggi 2 lantai dengan luas 1.904 m2, dan Wisma Indonesia setinggi 2 lantai seluas 1.888 m2. Selanjutnya untuk mendukung operasional juga dibangun ticketing dan selasar, tower air, tempat pengelolaan sampah, jembatan, utilitas dan plaza, jalan dan pedestrian, serta pagar keliling.
PLBN Sei Pancang juga disebut mengembangkan konsep infrastruktur hijau melalui penataan lansekap, penanaman pohon dan rumput serta roof garden untuk bangunan bertingkat. Pemerintah menyebut, lokasi PLBN dapat diakses menggunakan speed boat dari Kota Tanjung Selor sebagai Ibu Kota Provinsi Kaltara dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Udau menjelaskan, kondisi pandemi telah melanda Indonesia tidak berpengaruh terhadap pembangunan konstruksi PLBN Sei Pancang. Hal ini didukung oleh akses dan ketersediaan bahan material yang terpenuhi.
Kendati demikian, efek pandemi berimbas terhadap pembangunan PLBN Long Midang. Hingga saat ini progress fisik pembangunannya baru berjalan 5,62 persen. Ini terhambat lantaran kesulitan mendapatkan bahan material fisik yang masih bergantung pada Negara Malaysia.
“Karena adanya penutupan akses/ lockdown di Malaysia, kitapun kesulitan mendapatkan bahan material,” terangnya.
Sedangkan, untuk PLBN Long Nawang telah mecapai 35,22 persen menyusul PLBN Labang 29,26 persen. Dari data yang dihimpun, kendala pembangunan PLBN Long Nawang adalah faktor alam/ intensitas curah hujan yang berdampak pada kelancaran suplai material maupun alat berat ke lokasi proyek.
Untuk PLBN Labang yang terletak di Lumbis Pansiangan, kendala tidak jauh berbeda dengan PLBN lainnya, kendala dalam menyalurkan material menjadi yang utama termasuk keadaan alam. Jalur sungai dan giram menjadi jalur utama dan satu-satunya menuju Lumbis Pansiangan dan PLBN Labang sehingga beresiko dalam menyuplai material.
Ia berharap pembangunan PLBN Sei Pancang yang sudah melebihi 50 persen ini dapat lebih cepat lagi, sehingga dapat segera difungsikan dalam rangka menunjang pelayanan masyarakat yang ada di perbatasan khusunya di wilayah Nunukan, Sebatik.
“Kalau untuk secara keseluruhan, saya kira target (waktu,red) penyelesaian itu pasti diupayakan secepat mungkin. Dari Badan Pengelola Perbatasan Daerah juga akan secara berkala untuk melakukan monitoring untuk mengetahui perkembangan dari pekerjaan tersebut,” tutupnya. (ahy/dkispkaltara)