KALTARAONE.COM – Pergerakan kemajuan teknologi dan informasi dalam beberapa dekade ini telah berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah Internet of Things (IoT), sebuah teknologi canggih yang memiliki tujuan untuk memperkembangkan dan menyebarkan kegunaan dari konektivitas internet yang terhubung secara terus-menerus dan menghubungkan benda-benda di sekelilingnya agar kegiatan sehari-hari menjadi lebih mudah dan efisien yang sangat membantu segala kebutuhan manusia (Selay, dkk, hlm. 861-862, 2022).
Pada tahun 1999, IoT ditemukan oleh Kevin Ashton, seorang anggota Radio Komunitas pengembangan Frequency Identification (RFID) dan ia juga direktur eksekutif Auto ID Centre, MIT.
Dewasa ini, IoT menjadi lebih relevan dengan praktik dunia sebab perkembangan perangkat seluler, komunikasi tertanam dan di mana-mana, komputasi awan dan analisis data.
Internet of Things memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah GPS (Global Positioning System) yang sering digunakan untuk mencari tahu informasi seputar lalu lintas secara real time, membantu dalam menghindari kemacetan dan memilih rute tercepat untuk mencapai tujuan pengguna.
Selain itu, GPS pun diterapkan pada aplikasi transportasi online untuk melacak posisi driver ketika sedang menjemput penggunanya. IoT di bidang pendidikan digunakan untuk pembelajaran yang interaktif, seperti penggunaan e-learning dan pembelajaran jarak jauh.
Meskipun Internet of Things ini memiliki pengaruh dalam membantu keseharian manusia, tetapi dalam penerapannya memiliki tantangannya sendiri. Kebanyakan perangkat IoT dirancang dengan memfokuskan pada fungsionalitas dan kemudahaan dalam penggunaannya, sehingga aspek keamanannya sering disepelekan.
Hal ini menyebabkan Internet of Things sangat rentan mendapat serangan cyber. Contohnya adalah Stuxnet, sebuah ancaman malware yang menargetkan perangkat keras pada instrumen industri, membuktikan bagaimana perangkat IoT bisa dipakai untuk tujuan sabotase.
Di samping itu, Internet of Things pun memiliki risiko dalam kebocoran dan penyalahgunaan data. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya penggunaan kata sandi atau password default yang mudah ditebak dan tidak diubah oleh penggunanya secara berkala. Faktor lainnya adalah koneksi yang tidak aman.
Perangkat IoT yang sering terhubung dengan wifi atau bluetooth yang tidak aman sangat berisiko mengalami kebocoran dan penyalahgunaan data, karena koneksi yang tidak aman ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakan data yang dikirim dan diterima pengguna perangkat.
Itulah mengapa pengguna perangkat sangat tidak dianjurkan untuk melakukan transaksi mobile dengan menggunakan wifi yang dipakai untuk umum. Tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan standar keamanan perangkat, menerapkan pembaruan perangkat lunak secara rutin, dan menumbuhkan kesadaran tentang praktik keamanan yang baik.
Internet of Things di masa yang akan datang menjanjikan banyak inovasi yang akan memberikan perubahan signifikan dalam berbagai bidang. Akan tetapi, untuk mencapai potensi tersebut, dibutuhkan kolaborasi antara pengembang teknologi, regulator dan penggunanya untuk menekan tantangan keamanan, privasi, dan interoperabilitas. Dengan tindakan-tindakan yang tepat, Internet of Things mampu meberikan manfaat yang sangat baik bagi masyarakat dan lingkungan.
Kreator: Eva Firdausy
Sumber: Kompasiana