Panggilan Suara Hati Ibu Pertiwi Di Ujung Utara Negeri

Foto Istimewa.

Penulis: Ir. Vickner Sinaga, M.M., mantan direktur PLN Indonesia Timur 2009-2014. 

KALTARAONE.COM – Pertama kali dan untuk terakhir kali, takkan mau lagi ke sini, ucap supir mobil double gardan itu. Kejadiannya belum lama. Tiga minggu lalu, tepatnya tanggal 20 Januari 2024. Apa pasal? Rasanya lulus dari “cobaan” menyetir di jalan tanah sempit, berlumpur diantara gunung dan jurang itu, pantas diacungi jempol. Sungguh sangat berbahaya. Penuh resiko. Jarak dua puluhan kilometer ditempuh dalam tempo dua jam.

Total empat jam pergi dan pulang. Tingkat bahayanya, bukan lagi di level “ngeri ngeri sedap”. Namun sepanjang jalan, “NGERI NGERI AMAT”. Hening dengan mulut komat kamit berdoa, disertai “helaan nafas” hingga teriakan kecil empat penumpang di kabin plus delapan di bak terbuka. Saya sendiri 4 kali turun dari mobil untuk memastikan dan memandu supir menapaki jalan terjal tersebut. Puncaknya, semua pindah naik ke sepeda motor menunggu mobil yang dikosongkan tiba di ketinggian itu. Kuberi skor 9,9 sekala kesulitannya. Kenapa se “nekad” itu?

Keputusan untuk menemui warga di desa Pa Padi subur itu kuambil dengan berat hati. Warga desa sangat menunggu kedatangan bapak, ujar seorang tokoh masyarakat yang menemui kami di Krayan. Kujamin aman, lanjutnya di saat jeda tim Jakarta melawan tim majelis jemaat GKII Long Bawan di pertandingan eksibisi futsal pagi hari itu.

Desa subur itu memang tergolong sejahtera dan bahagia warganya. Rona wajah tersenyum ditunjukkan semua warga saat berpapasan. Maklum baru selesai panen. Tak sembarang panen. Beras Krayan warna putih, merah dan hitam banyak di jual ke Brunei dan Serawak. Untuk konsumsi kaum kerabat serumpunnya. Harganya? Per kilo, empat kali harga beras di Jakarta. Kok bisa semahal itu?

Ya, senilai ekivalen Rp 45 ribu per kilogram. Produksi beras termahal di Indonesia. Buah dari integritas dan konsistensi dan komitmen para petani. Padi ditanam dan dipanen sesuai ajaran leluhur. Tanpa pupuk kimia. Tepatnya disebut Beras Organik. Komponen transportasi juga yang membuatnya lebih mahal. Sekitar Rp 10 ribu per kg. Untuk mengantarnya ke Lawas kota terdekat di Malaysia. Empat jam dari Pa Padi. Satu-satu nya akses darat keluar dari Krayan. Lainnya hanya lewat udara. Pulang, membawa produk Malaysia untuk konsumsi di desa tersebut.

Foto Istimewa.

 

Desa Pa Padi juga tercatat dalam sejarah Krayan. Pak Bangau, yang kini menjadi pendeta di GKII Laban Nyarit Malinau selatan merupakan bagian dari sejarah itu. Warga desa Pa Padi lah penyelamatnya. Satu-satunya yang selamat ketika pesawat kecil yang ditumpanginya jatuh di hutan belantara Kalimantan. Tersangkut di pohon tertatih berjalan seminggu dan ditolong warga Pa Padi.

Hematku, desa ini pantas menjadi model percontohan dari segi kebahagiaan hidup. Lahan subur, hewan peliharaan lebih dari cukup. Dan yang paling kental adalah hidup bergotong royong. Air cukup. Yang kurang adalah infrastruktur. Sarana jalan jauh dari memadai. Semoga bisa dipercepat pemerintah baru nanti. Jalan ini merupakan bagian dari program proyek “jalan negara” di perbatasan dengan Malaysia. Dan hanya sejarak 100 km dari Malinau, kota terdekat di Borneo. Jadi tak sampai 2 jam perjalanan darat jika jalan ini sudah jadi.

Infrastruktur kedua yang minim adalah “listrik”. Warga menikmati listrik hanya tiga jam sehari. Dari pukul enam sore hingga pukul sembilan malam. Hal ini berimbas pada sarana telekomunikasi dan internet. Dari hasil pengamatan sepanjang jalan, sepertinya masalah listrik ini bisa diatasi segera. Jika diberikan kepada ahlinya. Ada sungai-sungai kecil dari bukit di kiri kanan desa.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro adalah solusi jitu disana. Hal penting lainnya adalah edukasi kepada warga. Bahwa umur baterai khusus di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS terpusat) yang kini memasok listrik, hanya tiga tahun. Butuh iuran yang dipotong dari rekening listrik bulanan untuk mengganti baterai.

Jika nanti ada generator pembangkit listrik tenaga air, perlu dijaga keamanan jaringannya. Gangguan jaringan memutus pasokan listrik. Namun lebih jauh, bisa merusak mesin pembangkit. Listrik di empat kecamatan di Krayan masih sangat miris. Pa Padi masih beruntung, bisa menikmati listrik 3 jam/hari. Sementara Binuang, ibukota Kecamatan Krayan Tengah sama sekali belum punya listrik. Jadi jangankan desa, ibukota kecamatan pun belum ada PLN nya. Tugas prioritas bagi pemerintah dan dewan terpilih.

Foto Istimewa.

Masih beruntung Long Layu, ibukota Kecamatan Krayan Selatan. Dilayani PLN enam jam/hari. Tentu paling beruntung ibukota Krayan Induk, Krayan Timur dan Krayan Barat. Sudah dilayani 24 jam sehari oleh PLN. Dengan pengorbanan besar. Karena untuk pelayanan “full time” ini butuh 20 drum solar diterbangkan setiap harinya. Sejatinya tak perlu harus sebanyak itu. Kenapa?

Tanggal 27 Oktober 2012 sudah ada PLTA Pa Betung dan Pa Ramayo beroperasi saat Krayan untuk pertama kali dilayani PLN. Sayang ke dua PLTMH yang kuberi nama PLTMH Beranda 1 dan PLTMH Beranda 2 kini tak beroperasi. Rusak karena hantaman mekanis, akibat gangguan jaringan. Ini tipikal kondisi kelistrikan di Kalimantan Utara saat ini. Butuh kesungguhan PLN dan Negara agar Krayan “merdeka listrik”. Dan butuh sentuhan para ahlinya.

Berikanlah kepada ahlinya, jika tidak, tunggulah kehancurannya. Listrik Tarakan aman kah? Masih rawan. Ingatkan kejadian medio 2011? Satu jam nyala lalu tiga jam padam. Warga marah, kantor PLN dirusak massa. Padahal yang bermasalah adalah pasokan gas Medco. Turun dari 5 MMBTU menjadi nol.

Saat menjadi Direktur PLN Indonesia Timur solusinya dengan gas Bunyu Pertamina dimasukkan pipa gas ex methanol ke Tarakan. Plus sewa mesin yang hingga kini masih berlangsung. Ada solusi “out of the box” untuk listrik Tarakan ini. Akan ditulis di posting berikutnya. Selamat menjelang pemilu. Pilihlah Presiden dan Wakil Presiden beserta anggota dewan yang kompeten dan kerja sungguh. Demi Kaltara unggul dan terbaik dan Indonesia Jaya.

Kutulis dari sudut kota Tarakan sehari menjelang Pesta Demokrasi. Selamat berkontestasi buat para sahabat calon legislatif di Kaltara. Kita dukung Pemilu adil, fair dan bermartabat. Kita yakini bahwa hasil tidak akan membohongi usaha.

Kudedikasikan buat supir mobil tegar Jees dan keluarga Samuel Camat Krayan, temanku meresmikan listrik pertama di Krayan Oktober tahun 2012 itu. Juga buat pak Sandika dan Khusnul Mubien, Direksi PLN Tarakan yang tegar mendampingiku menyelesaikan krisis listrik Tarakan medio 2011. (*)