Mahakarya di Dua Kampung Halaman Berbeda

PLTS Cirata Jawa Barat. (Foto dok PLN)

Oleh: Ir. Vickner Sinaga, M.M.
Ketua DEPIDAR SOKSI Kalimantan Utara
Caleg DPR RI Partai Golkar Nomor Urut 3
Dapil Kalimantan Utara

KALTARAONE.COM – Sehari menjelang peringatan Hari Pahlawan, Kamis 09 November 2023, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung terbesar di Asia Tenggara diresmikan. Prestasi konkret dan spektakular pahlawan negeri di bidang energi, Pionir dan Terbesar. Kontribusi negeri untuk program energi bersih dunia. Memutus mitos rekor terbanyak ”Seminar” dibanding aksi nyatanya dalam hal energi baru dan terbarukan.

PLTS Cirata menjadi yang terbesar ketiga di dunia dan terbesar di Asia Tenggara, mempunyai kapasitas 192 MWp (Megawatt peak) atau 192 ribu KWp. Kenapa tidak disebut 192 MW saja? Satuan kapasitas PLTS ini agak khusus, karena angka nominal itu adalah angka tertinggi yang mampu diproduksi. Dan secara natural tidak bisa memanen energi surya selama 24 jam sehari seperti memproduksi listrik pada pembangkit listrik konvensional.

Hingga kini, efektifitas panel tenaga surya ini masih dibawah 20% tepatnya 18%. Itu karena sinar matahari yang tak kontinyu 24 jam tadi, sehingga tidak terkecoh dengan angka nominal itu. Misalnya jika kita operasikan mesin diesel 1 kW sehari penuh, kita butuh 5 kW PLTS untuk menghasilkan energi yang sama. Relatif kecil efisiensinya namun karena biaya energi primernya nol, biaya total operasi pembangkit ini pun kompetitif. Meski biaya investasi awal relatif besar.

Kapasitas PLTS Apung Cirata sebesar 192 MWp setara dengan kira-kira 36 MW pembangkit listrik konvensional dan termasuk jumbo. Sebagai pembanding, dihilir ada PLTA Jatiluhur (PLTA Juanda) yang dulu disebut raksasa itu kapasitasnya 125 MW.

Terdapat 350 ribu panel surya dipasang terapung di Waduk Cirata hingga menjadikannya hemat investasi, lahannya gratis. Jika didaratan butuh 200 hektar lahan yang harus dibebaskan.

Patutlah disebut PLTS Apung Cirata 192 MWp sebagai mahakarya, kenapa? karena durasi pembangunan begitu cepat. Kuncinya di tahap desain dan enginering. Paska survey lapangan nilai investasi 145 juta USD eqivalen dengan Rp 2,3 Trilyun. Apakah masa pengembaliannya ekstrim panjang? Tidak juga. Produksinya bisa mencapai 300 juta kWh per tahun atau hampir 1 juta kWh perhari.

PLTA RENUN Sumatera Utara

Investasi menarik bagi 2 Perusahaan di 2 Negara. PLN mewakili Indonesia dan Masdar dari Uni Emirat Arab. Masih banyak lokasi yang mirip dan layak untuk dibangun dengan teknik dan pola yang sama. Waduk Singkarak dan Waduk Saguling adalah dua diantaranya. Bukan tak mungkin Indonesia akan memiliki PLTS Apung dalam orde ribuan MWp total kapasitasnya dalam waktu yang juga tak terlalu lama.

Kembali ke judul, Dua mahakarya di 2 kampung halaman berbeda. Satu sudah, PLTA Apung 192 MWp di Waduk Cirata, Jawa Barat. Kampung halaman keduaku sejak 1981 berarti sudah 42 tahun. Tiga perempat usiaku bermukim di Jawa Barat, seperempat usia lagi dimana? Di Sumatera Utara, tepatnya Sidikalang, ibukota Kabupaten Dairi. Mahakarya negeri yang satu ini ditorehkan pada tahun 2005, berikut Kisahnya.

Sudah sejak dulu Air Lae (Sungai) Renun mengalir natural begitu saja ke Samudera Hindia. Muncul ide out of the box, Air Renun diterjunkan ke Danau Toba. Tak terlalu jauh membuat listrik tak terlalu mahal juga. Studi kelayakan pun dibuat. Dan hasilnya Layak.

Butuh upaya ekstra, menembus gunung dengan terowongan panjang. Berbekal kerja ekstra keras, cerdas dan ikhlas maka listrik sebesar 84 MW dari 2 turbin raksasa pun tercipta. Jumbo Produksi listriknya, dua kali PLTS Apung Cirata.

Spektakular, karena air yang sama tidak hanya sekali pakai, digunakan lagi memutar turbin di PLTA Asahan 1 sebesar 180 MW, Asahan 2 sebesar 600 MW dan Asahan 3 sebesar 176 MW. Sehingga total PLTA kaskade (serial) Danau Toba sebesar 1040 MW. Terima kasih buatmu Air Sungai Renun.

Terima kasih juga buat putera-puteri bangsa yang mewujudkannya. Apresiasiku kepada Prof. Dr. Ir. Sarwono Harjomulyadi, MT., MH., Kepala Proyek PLTA Renun 84 MW, Legenda. Kini sebagai Direktur DRBF (Dispute Resolution Board Foundation) Region 2. Organisasi nirlaba berafiliasi FIDIC yang menjadi acuan kontrak Internasional. Juga Komjen Agus Andrianto (kini Wakapolri) yang saat itu Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Sumbul, turut mengamankan implementasi proyek PLTA Renun. Sentuhan tangan berdua dari Pulau Jawa membuat kampung halaman pertamaku di Sumatera menjadi terang benderang.

Sabtu 11 November 2023, merasa bangga kala menonton para pemain nasional U 17 dan pelatih Bima Sakti, menorehkan sejarah di kancah dunia… Go further dear all. (Adv/hvs)