SERANG – Buruh perempuan anggota Federasi Kebangkitan Buruh Indonesia Kab. Serang afiliasi Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (FKUI KSBSI) mengalami tindakan yang tak mengenakkan dari salah seorang oknum Kuasa Hukum PT Pelita Enamelware Industry co berupa ditarik dan diseret saat melakukan aksi unjuk rasa damai di depan Perusahaan.
Tindakan dari Oknum Kuasa Hukum PT Pelita Enamelware Industry co dapat dilihat langsung dari video yang viral di kalangan buruh yang diterima redaksi, Selasa (26/9/2023).
Kronologi terjadinya tindakan itu dimulai dari aksi unjuk rasa damai puluhan Buruh karyawan PT. Pelita Enamelware Industry co yang berlokasi di Desa Julang, Kecamatan Cikande, Serang, Banten.
Aksi digelar buruh dengan melakukan aksi tutup jalan keluar masuk kendaraan dari Perusahaan. Namun aksi damai itu berubah ricuh setelah terjadinya insiden yang dilakukan seorang perempuan yang diinformasikan sebagai Kuasa Hukum Perusahaan bernama Henny Karaenda.
Menarik dan Menyeret Buruh Perempuan
Dalam video, tampak Henny yang kesal, mendatangi buruh dan menyeret buruh perempuan yang sedang aksi dalam posisi duduk di tengah jalan. Ada 2 orang Buruh perempuan yang ditarik dan diseret Henny sejauh beberapa meter.
Posisi buruh yang aksi sambil duduk di aspal jalan tentu saja tak menguntungkan. Karena tangannya ditarik dan diseret, maka bagian tubuh bawah dan paha buruh perempuan itu terseret menyentuh aspal. Korban tak bisa berbuat apa-apa ketika ditarik dan diseret oleh Henny.
Korban tindakan Henny itu merupakan buruh perempuan berinisial N, anggota Federasi Kebangkitan Buruh Indonesia Kab. Serang afiliasi Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (FKUI KSBSI).
N merupakan karyawan yang sudah bekerja 25 tahun dan sudah di PHK bersama puluhan buruh lainnya. Aksi damai buruh ini dilakukan sebagai upaya menuntut hak pesangon yang belum juga diberikan perusahaan.
“Kami menuntut hak kami, kami bekerja di PT Pelita sudah 25 tahun, namun hak PHK kami belum di berikan. Kami sudah ke Disnaker ke DPRD namun belum ada titik temu. Dengan tidak ada titik temu maka kami menggelar aksi lanjutan yang sudah kami lakukan dari Minggu kemarin. Namun kami kecewa dengan perlakuan oknum kuasa hukum perusahaan (Henny),” ujar N kepada portal berita INFOPAJAR.COM dikutip Rabu (27/9/2023).
N mengungkap tidak tau lagi harus mengadu kemana. Ia dan rekan-rekannya di FKUI sudah berupaya mengadukan nasibnya ke sejumlah pihak, namun belum membuahkan hasil.
“Kami harus mengadu ke siapa lagi, ke mana lagi? Semua jalan sudah kami tempuh. Seolah PT Pelita itu kebal hukum? Hampir semua instansi sudah kami datangin, tetapi belum ada titik terang juga. Maka kami melanjutkan menggelar aksi di depan PT Pelita,” terangnya.
N sebagai korban yang ditarik dan diseret beberapa meter itu mengatakan dengan kejadian ini, ia merasa di intimidasi, padahal hak pesangonnya pasca di PHK belum diberikan.
“Pertama kami di tawarin Rp 1,5 jt katanya uang pisah, kami tidak menerima, kemudian ada penawaran lagi Rp 4 jt, tidak kami terima juga. Hari ini, mediasi 2 kali juga deadlock (belum mencapai titik temu) masih di angka Rp 4 jt,” jelasnya.
Proses Hukum Pidana
Merespon tindak kekerasan yang dilakukan oknum Kuasa Hukum PT Pelita Enamelware Industry co, Koordinator Wilayah KSBSI Provinsi Banten, Sisjoko Wasono menegaskan siap membawa kasus ini ke Polda Banten.
“Korwil Banten beserta pengurus Federasi (FKUI) akan melaporkan tindakan lawyer perusahaan ke Polda Banten, yang mana seharusnya seorang lawyer itu punya kode etik. Sama serikat kan sejawat, harusnya dia bisa berunding, bukan melakukan tindakan premanisme seperti itu,” sesal Sisjoko.
Selain melaporkan pidana pelaku, Sisjoko juga akan membawa masalah ini ke lembaga advokat sebagai lembaga profesi Pelaku. Tindakan yang dilakukan Henny seharusnya tidak terjadi karena sebagai Kuasa Hukum, profesi Henny dengan Serikat Buruh merupakan sejawat.
“Kami juga akan melaporkan tindakan itu, apakah di PERADI atau dimana, kami akan laporkan. Karena pada dasarnya itukan ‘attitude’-lah berdasarkan UU no 18 tentang Advokat, itukan sejawat. Harusnya jelas itu,” terangnya.
Untuk pelaporan tersebut, Sisjoko masih berunding dengan pengurus DPC FKUI Serang dan DPP FKUI KSBSI.
“Kita lagi koordinasi dengan DPP FKUI, DPC, biar valid. Kita masih menunggu hasil (investigasi) lapangan dan koordinasi dari DPP FKUI,” tandasnya.
Sisjoko Wasono mengungkapkan bahwa sudah 2 tahun PT pelita Enamelware menelantarkan karyawannya. Ada sejumlah persoalan yang membelit karyawan, diantaranya, karyawan tidak digaji, belum diberikan pesangon, dan sejumlah hak-hak lainnya.
“Jadi selama 2 tahun mereka ditelantarkan oleh perusahaannya. Mereka adalah anggota FKUI KSBSI,” terang Sisjoko.
Ia menyesalkan tindakan arogan yang dilakukan Kuasa Hukum perusahaan.
“Harusnya kan masalah buruh ini diselesaikan, bukan buruh lagi demo ditarik-tarik begitu. Masalah ini harusnya dirundingkan, bukan dikeraskan,” tandas Sisjoko.
Menurutnya, investasi itu seharusnya menguntungkan para Buruhnya dan menguntungkan masyarakat lingkungan.
“Kalo investasi tidak menguntungkan buruhnya, lingkungannya, maka itu bukanlah investasi,” tandasnya.
Sementara itu, mengutip hasil konfirmasi wartawan kepada Henny Karaenda melalui pesan WhatsApp. Kuasa Hukum PT Pelita Enamelware Industry co ini menampik dan membantah adanya penyeretan.
“Tidak ada penyeretan pak, saya menggeser posisi mereka agar tidak menghalangi jalan,” dalihnya kepada Wartawan setempat seperti dikutip media jejaring KANTOR BERITA BURUH, Rabu (27/9/2023).
“Teman saya mau pulang, anak bayinya menangis nyari ibunya, karena masih menyusui langsung tapi sama pendemo tidak dibukakan jalan, meskipun sudah diminta baik2 bahkan teman saya sampai memohon dan menangis,” terangnya.
“Terpaksa saya sendirian perempuan menggeser mereka pak, kalau ada video lengkapnya, justru saya sendiri dikeroyok banyak orang,” balas Henny menuding Buruh.
Jika menilik video kejadian berdurasi 6 menit 50 detik itu, peristiwa penarikan dan penyeretan itu terjadi mulai di detik pertama hingga detik 12. Henny melakukannya kepada 2 orang buruh perempuan.
Masih belum puas setelah menarik dan menyeret 2 orang buruh, Henny kembali menghampiri buruh lainnya, namun dicegah. Polisi yang mengawal demo pun tak bisa berbuat apa-apa.
Terjadilah kericuhan dan perang mulut antara Henny dengan seorang Buruh, yang berhasil dilerai oleh personel kepolisian setempat. Kendati berhasil dilerai, namun perdebatan panjang masih terjadi antara Henny dengan seorang Buruh. (KSBSI.ORG)