Perjuangan Guru Honorer Di Kampung Semeriot

KALTARAONE.COM, BULUNGAN – Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia, kalimat ini benar-benar ingin dibuktikan oleh perjuangan seorang guru honorer yang mengajar di wilayah pedalaman, yakni Kampung Semeriot. Kampung Semeriot (red-Semeriot) adalah kampung paling ujung dari Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Semeriot terletak di RT 3 dari Desa Ujang, wilayahnya terletak di pedalaman yang harus menempuh jalur hutan dari jalan besar (jalur truck pengangkut kayu) untuk sampai di sana.

Di kampung tersebut tidak ada listrik dan sinyal internet. Hanya hidup dengan apa yang disediakan oleh alam. Pemerintah, organisasi-organisasi dan beberapa pengusaha pernah memberikan bantuan, berupa sembako, pembuatan perumahan, alat penerangan (mesin lampu).

Namun pemberian tersebut tidak membawa perubahan yang berarti bagi Semeriot. Hingga pada bulan Juni tahun 2022, seorang guru filial diberikan tugas untuk mengajar di Semeriot sebagai Guru kontrak.

John Guruh Nivak, S.pd., sebagai guru kontrak, yang bertempat tinggal di Mantalapan kecamatan Sekatak, kabupaten Bulungan. Guru John menceritakan kisahnya. Untuk menuju Semeriot diperlukan waktu tempuh selama satu jam perjalanan bila menggunakan sepeda motor dan dua jam perjalanan dengan berjalan kaki, melewati pedalaman hutan .

Rutinitas ini telah dilakukannya selama 6 bulan seiring dengan terbangunnya jalur truck pengangkut kayu, yang membawa dampak terbukanya jalan darat melewati hutan, dengan kualitas jalan 50% layak dilewati kendaraan.

“kalau perjuangan untuk mengajar di tempat ini tak perlu di tanya lagi. Ketika masuk melewati hutan, kita pasti tahu bahwa begitu banyak binatang buas yang bisa muncul tanpa di duga dan mengancam keselamatan kita,”

“Selain itu, kecelakaan kecil di perjalanan tidak dapat terhitung lagi, juga biaya perawatan dan kerusakan kendaraan yang besar setiap bulan. Karena jalanan masih tanah apalagi licin bila turun hujan,” cerita guru John kepada awak media.

Guru John memberi alasan, jika hanya fokus pada perhitungan, semua pengorbanan yang sudah di lakukannya, maka tentu saja sudah lama dia berhenti. Apalagi jika orientasinya hanya upah yang dia terima. Tetapi faktanya Guru John tetap bertahan, dengan satu tujuan melakukan tugas mulia, berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Upah yang dia terima tentunya tidak setara dengan pengorbanan dan perjuangannya, karena hal terbesar yang dipertaruhan ketika masuk ke Semeriot adalah nyawa, bukan harta. Dirinya sadar ketika menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor dengan kondisi jalan yang berlubang dan licin, yang sering kali dilewati kendaraan berat, bisa saja terjatuh dan celaka di perjalanan. Begitu juga ketika masuk ke dalam hutan dengan berjalan kaki, acapkali bertemu binatang buas yang dapat mengancam jiwanya.

“Pengalaman yang paling mendebarkan yakni ketika saya bertemu dan dikejar beruang, puji syukur berhasil lari dan meloloskan diri. Saya kembali ke jalan besar dengan berjalan kaki dan mencari tumpangan. Keesokan harinya barulah saya bisa masuk Semeriot untuk mengajar,” terang John yang berasal dari Kabupaten Lembata NTT.

Guru John semata-mata melakukan ini karena dia yakin bahwa permasalahan utama yang ada di Semeriot bukanlah pada kemiskinan dari sisi ekonomi, tetapi juga kemiskinan memperoleh ilmu pendidikan, sehingga berdampak bagi seluruh aspek kehidupan mereka disana.

Melalui program yang tengah dijalankannya “Kejar Maling” kegiatan belajar malam keliling, Guru Jhon melakukannya diluar jam kerja secara gratis. Pembelajaran diberikan bukan hanya pada anak-anak Semeriot, juga kepada pemuda dan orang tua di sana. Ilmu yang dia ajarkan adalah ilmu Filsafat Hukum, Sejarah Indonesia, agar warga Semeriot tahu asal usul dan perjuangan pendahulu serta pahlawan kemerdekaan. Ilmu kepemerintahan, agar paham proses birokrasi dan tidak mudah dibohongi.

Kepala adat Semeriot yang bernama Gading Lubong, sangat mendukung dengan adanya guru pengajar disana, dia berharap anak-anak Semeriot memperoleh ilmu pendidikan demi masa depan yang lebih baik. Sementara itu Munir,  ketua RT 3 Semeriot berpesan, jangan sampai anak-anak Semeriot tertinggal dalam pendidikan, terlambat mengenal pendidikan. Walaupun mungkin, nanti  orang tua mereka tidak dapat menikmati dan melihat keberhasilan dan kemajuan Semeriot dimasa depan. Yang terpenting adalah pola pikir anak-anak Semeriot bisa berubah lebih baik dan maju.

Lebih lanjut, Guru Jhon berharap kepada pemerintah tidak hanya fokus membangun jalan, penerangan, dan tunjangan ekonomi. Juga yang utama menjadi dasar dari semua itu, adalah pendidikan. Jhon mengajak bersama-sama membenahi kondisi sekolah, guru, dan anak-anak murid yang merupakan generasi harapan selanjutnya, demi kemajuan Semeriot.

Guru Jhon sangat menyadari sebagai seorang Guru, sudah selayak dan sepantasnya dia berkorban demikian.

“Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Guru adalah hamba murid. Jadi sudah selayaknya hamba melakukan semua ini untuk tuannya. Saya tidak minta apa-apa yang lebih, saya ingin bila berkenan bapak Bupati Bulungan bisa turun ke lapangan dan melihat semua ini secara langsung. Hanya itu,” tutup Jhon (Joe)