TARAKAN, kaltaraone.com – Gabungan aliansi mahasiswa menggelar nonton bareng (Nobar) literasi diskusi film dokumenter berjudul Kinipan, Rabu (28/4). Hadir menyaksikan diantaranya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Borneo Tarakan, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Tarakan, Literasi Musik Tarakan (Limust), Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Agabag (FKMDA) Tarakan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Tarakan, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Tarakan serta Pembebasan Tarakan.
Usai menggelar nobar, panitia melanjutkan diskusi bersama aktivis Lembaga Advokasi Lingkungan Kaltara (Lalingka). Disusul dengan diskusi bersama mahasiswa.
Ketua Panitia Nobar Literasi Diskusi, Muhammad Aswan mengakui, kondisi di Kaltara saat ini tidak berbeda dengan film dokumenter Kinipan. Dalam arti, ada beberapa perusahaan yang sudah melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM).
“Makanya kami bersama gabungan aliansi. Kita berharap bahwa ada tindakan tegas bahwa pemerintah terhadap masyarakat untuk melihat kondisi kita di Kaltara. Jangan sampai tindakan eksploitasi terus terjadi dan masyarakat terus dikebiri,” harapnya.
Menurutnya, SDA di Kaltara juga merupakan sebagai paru-paru dunia. Selain itu, pihaknya berharap masyarakat juga mencintai lingkungan, khususnya sungai-sungai yang ada di Kaltara.
“Kedepan, kita sama-sama diskusi dan melakukan tindakan khusus. Seperti aksi peduli lingkungan atau menanam pohon. Kita juga harus memberikan solusi. Bukan hanya aksi terus dilakukan. Buktikan ini baik buat negara kita,” tegasnya.
Hal yang sama dikatakan Aktivis Lalingka, Andry Usman. Menurutnya, film garapan Dandy Laksono ini mewakili permasalahan pencemaran dan eksploitasi lingkungan di Kaltara. Bahkan pola pembenturan antara masyarakat dengan pihak berwajib.
Diskusi serta menjaga lingkungan dianggap perlu dilakukan. Selain itu, ia berharap pemerintah perlu juga memberikan informasi kepada publik.
“Ketika memang ada masyarakat sipil dan NGO (Non Governmental Oranization) atau LSM yang minta keterbukaan data, silahkan diberikan pemerintah. Supaya tidak ada tanda kutip kedepan,” ungkapnya.
Sementara itu, Perwakilan Limust, Rahman Sujana mengakui, kegiatan nobar literasi diskusi bisa menumbuhkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh masyarakat khususnya pemuda mengenai dampak eksploitasi lingkungan yang berlebihan serta pentingnya menjaga kelestarian.
Menurutnya, lingkungan merupakan ekosistem dari manusia. Jadi sangat harus di yakini bahwa dengan menjaga dan tidak mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan merupakan kewajiban masyarakat bersama sebagai umat manusia di bumi ini.
“Harapan saya dengan kegiatan ini juga menjadi terang bagi kami untuk mendukung regulasi dalam hal konservasi lingkungan. Mengingat upaya ini merupakan salah satu solusi dari sebuah dampak pembangunan,” singkatnya.(ko1)